Di Balik Cerita Lama Sang Penginput Data

Masih terlintas dipikiran kenangan waktu jumpa pertama kali dengan sang raja hutan “Harimau” langsung di alam liar. Tanggal saya sudah lupa tapi tahun masih ingat, yaitu tahun 2008 saat pemasangan kamera jebak di Taman Nasional Tesso Nilo. Kala itu saya bersama tim mengecek kamera jebak di blok paling bawah TN Tesso Nilo untuk menuju camp pertama kami melewati akasia HPH Rimba Lazuardi atau kami menyebutnya “RL”. Satu tim terdiri dari empat orang dengan dua leader untuk teknisi pemasangan kamera jebak dan dua lagi dari masyarakat lokal.

Singkat saja pagi yang indah di Camp Gerhan selesai sarapan tim dibagi menjadi dua untuk mengecek dua lokasi pemasang kamera jebak yang dipasang secara sistematis. Dari Camp Gerhan ke lokasi kamera sekitar empat kilometer kalau berjalan lurus. Hari itu tidak ada firasat buruk dari saya hingga tiba di perbatasan akasia dan hutan muda atau disebut belukar di jalan eks HPH Inhutani 4 tepatnya di tanah lapang berpasir yang belum tertutup dengan pakis resam, saya bersama tenaga lokal menjumpai jejak dari sang raja hutan berserahkan dimana-mana dan sempat-sempatnya sang raja hutan juga buang air kencing di jalan yang kami lalui.

Semakin semangat saya untuk cepat mengecek kamera jebak yang terpasang karena saya berpikir sang raja hutan akan lewati kamera jebak. Langkah kakiku mulai dipercepat menelusuri jejak sang raja hutan yang kebetulan satu arah menuju pengecekan kamera jebak. Sekitar 300 meter saya berjalan setelah melewati pakis resam kami menjumpai jejak sang raja hutan berserahkan di tanah berpasir sepertinya sang raja hutan bermain-main berguling-guling di pasiran. Rasa penasaran saya semakin kuat kalau sang raja pasti lewat kamera yang kami pasang, di perkirakan sekitar 1 kilometer jarak lokasi pemasangan kamera jebak .

Saya coba mengikuti terus jejak sang raja hutan sampai di jalan eks logging lama hingga jelan yang tadinya lebar menjadi menyempit karena tertutup oleh pakis resam dan hanya bisa dilewati oleh orang. Sekitar dua meteran saya lewati pakis resam dan langsung terpanah kaget melihat sang raja hutan sedang santai berbaring sambil menatap saya beberapa detik beratapan sang raja hutan langsung berlari menembus belukar sekencang-kencangnya dan saya pun terpukau terdiam seperti patung.

Kalau mengingat kejadian itu ada perasaan senang ada juga perasaan sedih. Senangnya saya bisa melihat jelas tatapan mata sang raja hutan predator tingkat atas rantai makan. Tatapan sang raja hutan itu membuat saya tidak bisa bergerak selama beberapa detik, hanya bisa berdiri melihatnya saling tatap hingga sang raja hutanpun lari dengan kencangnya.

Sempat terlintas dipikiran seandainya sang raja itu menerkam apa yang bisa saya lakukan dengan jarak sekitar tiga meter walaupun memegang sebilah parang apa saya sanggup untuk melawannya??? tanda tanya besar untuk saya sendiri tapi mungkin Tuhan berkata lain dan hingga saat ini saya masih bisa menulis cerita pendek yang bisa dibagikan dan dibaca.

Enam tahun sudah berlalu kini seiring waktu yang bergulir seiring juga habitat sang rasa hutan dikit demi dikit habis untuk pembukan ladang  oleh orang-orang yang tidak bisa berbagi ruang untuk satwa liar dan hanya berpikiran untuk masa depan mereka.

Disini saya di depan komputer hanya bisa melihat sang raja hutan melalui hasil foto-foto yang pernah terdokumentasi oleh kamera jebak, hutan-hutan yang pernah saya kunjungi untuk penelitian bersama teman-teman satu tim riset pun banyak terganti oleh sawit.

Tas ransel yang dibawa bukan seberapa beratnya, tapi ada hal kebahagian ketika itu untuk menemukan sang raja hutan walaupun dengan cara melihatnya melalui kamera jebak. Itu saja membuat kami bahagia. Setiap medan yang curam terjal selalu menjadi tantangan di setiap lokasi yang berbeda punya cerita-cerita yang unik.

 

FTT

 

Mungkin suatu saat nanti peran saya akan tergantikan oleh jiwa-jiwa muda yang bersemangat untuk sang raja hutan tetap berada di alam liar dengan habitatnya tanpa ada gangguan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab…

 

1 thoughts on “Di Balik Cerita Lama Sang Penginput Data

  1. Pemburuan harimau sumatera secara besar-besaran didalangi oleh seorang pengusaha tionghoa bernama sukoso thamrin yg beralamat di Jl. Merbau Mas Blok DD No. 2 Kecamatan Medan Perjuangan.
    Selain harimau sumatera juga satwa-satwa dilindungi lainnya.

    Kulit harimau sumatera di seludupkan ke singapore secara ilegal.
    Berbagai modus penyeludupan dilakukan oleh Sukoso Thamrin untuk mengelabui petugas.

    Beberapa modus penyeludupan yang dilakukan oleh Sukoso Thamrin :
    1. Mengonta ganti supir mobil box miliknya, sehingga begitu supir mengetahui banyak tentang bisnis haramnya maka segera supir mobil box tersebut di pecat dgn berbagai alasan.
    2. Kemasan di beri label ikan asin, walau berisi kulit harimau sehingga mengecohkan petugas.
    3. Mengunakan KTP atau identitas orang lain sebagai pemilik barang
    4. Pemalsuan dokumen
    5. Menyuap petugas dari dinas kehutanan, dll

    Sukoso Thamrin alias KOK SO lahir di Belawan pada tanggal 20-08-1955 merupakan anak dari Soen Soe Kee.
    Sukoso Thamrin pernah tinggal di Jl. Sumatera No. 76 Belawan
    Nomor Identitas KTP Sukoso Thamrim : 1271182008550001
    Sukoso Thamrin memiliki istri yg bernama : Susie (Tgl lahir 10 April 1972) istri Sukoso Thamrin merupakan anak dari James Tantono seorang pengusaha kaya di Medan dan Sukoso Thamrinmemiliki empat orang anak bernama :
    1. Josh Elsindo Thamrin
    2. Priscilyn Thamrin
    3 Thedwin Thamrin
    4. Fiolini Thamrin

    Sukoso Thamrin memiliki beberapa pabrik kulit, salah satunya PT Yakita Mulia PT Alam Lestari dan PT Kreasi Fauna Indah di Medan Indonesia dan
    Trenset International di Singapore.

    Limbah industri dari PT Kreasi Fauna Indah yg berlokasi di Jl Pasar III No. 131 Krakatau Medan Perjuangan, di buang langsung ke warga, sehingga warga sering mengalami penyakit gatal-gatal.

    Sukoso Thamrin memiliki penangkaran buaya di Namorambe, dimana buaya beberapa kali lepas dan pernah karyawannya tewas di makan buaya namun beritanya bisa ia redam.

    Sukoso Thamrin memiliki tanah dan bangunan sebanyak 15 lokasi di Medan Perjuangan. Dimana tanah dan bangunan sengaja tidak di balik namakan.

    Sukoso Thamrin juga sering menikmati perawan wanita-wanita tionghoa, dengan modus training ke luar negeri (singapore,cina), dengan ancaman dan tawaran jabatan penting di perusahaannya. Sukoso berhasil merengut perawan para wanita tionghoa tersebut.

    Sukoso Thamrin dengan kekayaan yg dimilikinya selalu berhasil memuluskan bisnis haramnya dengan menyogok para petugas.
    Sukoso Thamrin menyeludupkan kulit-kulit hewan langka ke luar negeri dan ia jg menyeludupkan narkotika dari cina, singapore ke seluruh Indonesia.

    Sampai saat ini Sukoso Thamrin tetap menjalankan bisnis haramnya dan aparat penegak hukum tutup mata.

Tinggalkan komentar